SOCIAL MEDIA

Thursday, April 2, 2015

Book Review: Rahvayana 2: Ada yang Tiada by Sujiwo Tejo + Tokobuku by SCOOP Review

Penulis: Sujiwo Tejo
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 304
Format: Paperback + Audio CD
Terbit: Januari, 2015
Harga: Rp 63,200 (Tokobuku by SCOOP)
Rating: 2 / 5 stars

Date started: 22 Maret, 2015 - Date finished: 31 Maret, 2015

Sinopsis:
Sinta berubah. Namanya jadi Janaki. Janaki pun berubah. Namanya jadi Waidehi. Tapi, Rahwana
tetap mencintainya. Rahwana tetap menjunjungnya, menyembahnya.
Terhadap titisan Dewi Widowati itu ia tak menyembah nama. Rahwana menyembah Zat melalui caranya sendiri. Persembahannya secara agama cinta ....
Hmmm ....
Sebuah nama yang ada bukan karena dinamai. Sebuah nama yang ada juga bukan karena 
menamai dirinya sendiri. Adakah itu? Ada. Rahwana yakin itu ada. Dan ia sangat mencintainya.
Review:
Sebelumnya, aku ingin meminta maaf apabila ada kesalahan dalam isi cerita dari buku ini karena aku memang sebenarnya belum membaca buku pertamanya. Sewaktu ditawarkan buku murah ini di grup BBI persembahan dari Tokobuku by SCOOP langsung saja aku menginginkannya hanya karena covernya dan nama Sujiwo Tejo sendiri. Oke, langsung saja ke review-nya.
Apakah Dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih memang ingin memberiku Sinta-pada-raga-bayi karena Sinta-pada-raga-dirimu telah dimiliki oleh samudra?
Di buku kedua duologi Rahvayana ini sebenarnya berisikan kumpulan surat-surat cinta dari Rahwana untuk Dewi Sinta. Di cerita ini Dewi Sinta sudah menikah dengan Rama yang membuat Rahwana jadi "galau" dan mulai "agak" gila. Di buku ini pembaca dibawa untuk melihat imajinasi-imajinasi liar Rahwana dan perjuangan Rahwana dalam membuat dan menampilkan teater Rahvayana keliling dunia,

Untuk nilai plus buku ini sebetulnya tidak banyak. Yang menonjol bagiku hanya imajinasi Rahwana yang disajikan penulis ini memang benar-benar "liar" aku sendiri mungkin tidak akan memikirkannya. Suka sekali mengintip isi otak Rahwana yang imajinatif itu.

Untuk nilai minus buku ini. Sebenarnya buku ini adalah semacam pengisahan ulang cerita rakyat Ramayana ya kalau tidak salah? Aku harus mengakui bahwa aku gagal paham dengan buku ini, selain karena buku ini adalah buku yang notabene "sastra abis" dan pengalamanku membaca buku-buku sastra itu terlampau minim sekali jadi susah untukku untuk menikmati cerita di buku ini.
"Mengidolakan sesuatu, kan, enggak harus mengikuti seluruh watak dan tindak tanduk idolanya."
"Kenapa?"
"Karena Kakanda sendiri yang mengajariku begitu."
Selain itu, ada dua hal lagi yang menggangguku selama membaca buku ini. Pertama, terdapat karakter yang sangat banyak di buku ini aku sampai-sampai susah mengikutinya. Menurutku bisa dipangkas jumlah karakter-karakter yang ada di buku ini (toh kebanyakan dari mereka cuman karakter untuk mendukung cerita saja). Kedua, banyaknya terminologi-terminologi yang untukku tidak pernah aku dengar sebelumnya dan tidak adanya catatan kaki untuk membantu pembaca memahami makna kata-kata asing yang digunakan penulis (mungkin buku ini ditakdirkan untuk para pecinta sastra yang memang mengerti sastra? aku juga tak tahu).

Di buku ini kita dibuat menjadi si penulis surat. Seolah-olah kitalah yang menulis surat-surat itu kepada Sinta alias sudut pandang orang pertama, yang berarti kita disini menjadi Rahwana. Sejujurnya untukku pribadi sangat sulit untuk bersimpati atau bahkan merasa relate dengan karakter Rahwana di buku ini karena sesungguhnya menurutku kumpulan surat-surat ini hanyalah sebatas curahan hati Rahwana yang tidak bisa mendapatkan Sinta.

Aku harus mengatakan ini adalah novel dewasa, ada beberapa penggunaan kata-kata yang memang diperuntukkan pembaca yang sudah dewasa. Oh ya disaat membeli buku ini juga disertai audio cd yang sepertinya berisi tembang-tembang untuk menambah reading experience? tapi aku belum mendengarkannya sama sekali karena menurutku masih aneh saja baca buku dengan musik.
Tapi, sejak usai pementasan keliling Rahvayana, aku betul-betul merasa telah tiada. Aku bukan lagi ada yang tiada.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Review Tokobuku by SCOOP

Ini sebenarnya pertama kalinya aku berbelanja di Tokobuku by SCOOP atau yang sering dikenal sebagai Kobu. Aku sering melihat testimoni orang-orang di internet dan juga beberapa teman yang sepertinya kurang puas dengan pelayanan Kobu. Kebetulan ada kesempatan untuk mencoba berbelanja di Kobu dengan buku ini yasudah aku coba saja.

Sebenarnya aku sangat terkejut, karena pengalamanku berbelanja di Kobu justru bisa dibilang baik sekali daripada testimonial buruk yang selama ini kulihat di dunia maya. Yang paling jelas adalah dari aspek pengirimannya, aku mentransfer uang untuk membeli buku ini di hari Sabtu melalui kak Alvina dan alangkah mengagetkannya buku ini sudah berada di tanganku pada hari Selasa. Yang menambah keterkejutanku akan kecepatan pengiriman barang Kobu adalah pada saat aku ingin konfirmasi ke Kak Alvina kalau bukunya baru saja datang, Kak Alvina bilang kalau dia baru saja mau bilang kalo baru dapat email mengenai nomor resi bukuku. Bayangkan betapa cepat pengirimannya ya!

Oh ya, dan juga aku mendapatkan buku yang bertanda tangan penulisnya. Siapa sangka buku yang kubeli ini ternyata sudah bertanda tangan, apalagi tanda tangan dari seorang Sujiwo Tejo.

For my first experience book shopping in Tokobuku by SCOOP I must say I am very pleased and hopefully they can continue to do better in the future for other customers!

© books-over-all ©

No comments

Post a Comment