SOCIAL MEDIA

Sunday, March 15, 2015

Book Review: Demi Esme dengan Cinta dan Kesengsaraan by J.D. Salinger

Penulis: J.D. Salinger
Penerjemah: Anton W.P.
Penerbit: BukuKatta
Tebal: 68
Format: Paperback
Terbit: Januari, 2014
Harga: Rp 12,750 (BukuKita)
Rating: 2 / 5 stars

Date started: 15 Maret, 2015 - Date finished: 15 Maret, 2015

Sinopsis:
“Yah, mereka berenang ke sebuah lubang berisi banyak pisang di dalamnya. Mereka seperti ikan biasa ketika masuk ke lubang itu. Tapi sekali mereka masuk ke dalamnya, mereka berkelakuan seperti babi. Ah, aku tahu beberapa bananafish berenang ke sebuah lubang pisang dan makan sebanyak tujuh puluh delapan pisang. Mereka jadi sangat gemuk hingga tak bisa keluar dari lubang itu lagi. Tak bisa muat melalui pintunya.”
- Hari Yang Sempurna Bagi Bananafish
“Saya sangat tersanjung jika Anda menulis sebuah kisah secara khusus untuk saya suatu hari nanti. Saya gemar membaca.”
Aku katakan aku tentu akan melakukannya, jika aku bisa. Aku mengaku tak terlalu produktif dalam menulis.
“Saya lebih suka kisah tentang kesengsaraan.”
“Tentang apa?”
“Kesengsaraan. Saya sangat tertarik dengan kesengsaraan.”
- Demi Esme, Dengan Cinta dan Kesengsaraan
*This review may contain spoilers*
Review:
Untuk mengawali, buku ini sebenarnya adalah terjemahan dua cerpen dari buku Nine Stories karya J.D. Salinger. Di dalam buku ini terdapat cerpen Demi Esme dengan Cinta dan Kesengsaraan dan cerpen Hari Yang Sempurna Bagi Bananafish. Aku akan membuat review untuk tiap cerpennya.

Demi Esme dengan Cinta dan Kesengsaraan
Sebenarnya aku gagal paham inti dari cerpen ini, yang berhasil aku tangkap hanyalah bahwa cerpen ini menceritakan tentang seorang sersan yang pada suatu hari memutuskan untuk pergi ke kota dan melihat paduan suara gereja. Pada saat di gereja itu, dia tertarik pada seorang anak perempuan yang sedang bernyanyi. Setelah melihat pertunjukan paduan suara di gereja, mereka tak sengaja bertemu di sebuah kedai teh. Mereka pun berbicara dan saling mengenal satu sama lain, perempuan itu bernama Esme. Sebelum berpisah dengan si Sersan ini, Esme meminta si Sersan untuk menuliskan cerita tentangnya tapi ia ingin ceritanya dibuat sengsara.

Cerita ini lalu melompat ke beberapa tahun kemudian setelah perang, Sersan ini sekarang kita kenali dengan nama Sersan X. Setelah perang dia mengalami depresi berat yang mengakibatkan hilangnya kemampuan dia untuk menulis dan membaca surat. Disini dia menerima surat dari Esme yang telah lama tak ia dengar kabarnya menyatakan bahwa dia ingin memulai korespondensi diantara mereka, Esme juga mengirimkan jam tangan peninggalan ayahnya untuk Sersan X.

Hari Yang Sempurna Bagi Bananafish
Oke, sejujurnya aku juga tidak terlalu paham akan cerpen ini tapi lebih paham daripada cerpen pertama buku ini. Cerpen ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang sedang berlibur, Orang tua si istri khawatir dengan keadaan anaknya dari suaminya. Si Istri tak menggubris kecemasan orang tuanya. Suami dari wanita itu sedang ada di pantai, ia bernama Seymor Glass. Di pantai ia sedang bermain dengan seoarang anak kecil bernama Sybil. Seymor mengajak Sybil untuk mencari bananafish (ikan pisang). Ketika mereka bosan, Seymor memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan di kamar itu dia melakukan hal yang paling ditakutkan oleh orang tua si istri.

Aku harus mengatakan bahwa aku sangat-sangat tidak paham dengan maksud sebenarnya dua cerpen ini. Aku sebelumnya sudah pernah membaca karya J.D. Salinger yang Catcher in the Rye dan aku bisa memahami inti ceritanya dengan mudah tapi untuk dua cerpen ini aku sungguh tak tahu yang salah adalah diriku atau terjemahan cerpen ini.

Aku bisa lebih mengerti inti cerpen kedua meskipun mungkin tidak sepenuhnya, menurutku itu sebuah cerita tentang pria yang memiliki gangguan jiwa. Tapi untuk cerpen yang pertama aku sungguh tak mengerti maksudnya.

Yah meskipun begitu, karena memang di buku ini hanya terdiri dari dua cerpen aku bisa menyelesaikannya dengan cepat. Hanya butuh waktu yang singkat. Aku memberikan buku ini hanya dua bintang, sebenarnya tadinya kalau aku tidak mengerti isi dari kedua cerpen ini aku berniat memberikan satu bintang saja tapi ternyata aku malah lebih paham cerpen yang kedua itu.

Mungkin aku akan membaca buku ini lagi suatu saat kalau aku kehabisan bacaan sehingga aku bisa menelusuri dan mengetahu inti cerita ini yang sesungguhnya. Tapi untuk saat ini, aku tidak puas dengan buku ini.

© books-over-all ©

No comments

Post a Comment