Judul: Tidak Ada New York Hari Ini
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 120
Format: Paperback
Terbit: April, 2016
Harga: Rp41.600 (BukaBuku)
Rating: 3½ / 5 stars
Date started: 31 April, 2016 - Date finished: 31 April, 2016
Sinopsis:
Hari-hariku membakar habit dirikuSetiap kali aku ingin mengumpulkantumpukan abuku sendiri, jari-jarikuberubah jadi badai angin.Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan-
Review:
Setelah menonton film yang sedang booming di kalangan warga Indonesia selain Captain America: Civil War, yaitu Ada Apa Dengan Cinta? 2 aku memutuskan untuk mencoba membaca puisi-puisi M. Aan Mansyur, sebelumnya aku sudah pernah memiliki buku puisinya yang Melihat Api Bekerja dan juga novelnya yang diterbitkan GagasMedia. Alasan embelli buku ini? Karena saat melihat filmnya melihat puisi-puisi mas Aan dihidupkan oleh Rangga (Nicholas Saputra) entah kenapa, saat Rangga membacakan puisi mas Aan ini rasanya pas sekali. Jadilah aku segera membeli buku ini setelah menonton filmnya.
Tidak Ada New York Hari Ini berisi puisi-puisi karya mas Aan yang dibumbui desain layout yang mantap dan foto-foto suasana di New York. Puisi-puisi di dalam buku ini memiliki tema seputar cinta, kerinduan dan berbagai hal-hal mellow, gundah gulana, galau, dll. Setelah membaca buku puisi ini aku memutuskan untuk tidak akan membeli buku-buku puisi lagi, tidak, ini tidak menutup kemungkinan aku membaca buku puisi hasil pinjaman ataupun e-book. Alasannya adalah karena setelah membaca buku ini aku tidak dipenuhi perasaan apa-apa, bukan karena puisi mas Aan yang jelek, justru jauh dari itu. Hanya saja aku merasa bahwa buku puisi ini bukan tipe bacaan yang cocok untukku.
Memang ada puisi yang menarik bagiku, tapi setelah sampai di halaman terakhir aku tidak memiliki kepuasan setelah membacanya ataupun menimbulkan sebuah kecintaan terhadap buku ini. Sebagai anak yang visual, tentu saja nilai plus buku puisi ini bagiku ada di foto-foto Mo Riza. Foto-foto black & white hasil jepretan Mo Riza ini sungguh menarik bagiku (mungkin ada juga alasan tambahan karena aku memang dari dulu mengagumi kota New York).
Sepertinya memang yang salah adalah diriku karena tidak bisa meresapi puisi-puisi mas Aan. Tetapi jujur saja aku tidak merasakan apa-apa saat membaca puisi-puisi di dalam buku ini. Apabila kalian penasaran tolak ukur penilaianku untuk buku ini aku akan menjelaskannya. Jadi pada akhirnya aku memutuskan untuk memberikan 3½ bintang untuk buku ini 2 bintang karena aku merasakan buku ini biasa saja, dan seperti Goodreads 2 bintang berarti "it was okay" lulu 1 bintang untuk foto-foto hasil karya Mo Riza dan ½ bintang adalah karena pada saat aku membaca buku ini aku membayangkan yang membacakan puisi-puisinya adalah Rangga dan itu membuat pengalaman membacaku jadi sedikit lebih baik.
Sebagai penutup aku akan menunjukkan puisi favoritku, yang aku yakin pasti juga disebutkan oleh orang-orang yang sudah membaca buku puisi ini.
BatasSemua perihal diciptakan sebagai batas.Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain.Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besokbatas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkanderetan toko dan perpustakaan kota, bilik penjaradan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruhtempat di mana pernah ada kita.Bandara dan udara memisahkan New Yorkdan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasiayang menanti di jantung puisi ini dipisahkata-kata. Begitu pula rindu, hamparan lautdalam antara pulang dan seorang petualangyang hilang. Seperti penjahat dan kebaikandihalang uang dan undang-undang.Seorang ayah membelah anak dari ibunya-dan sebaliknya. Atau senyummu, dindingdi antara aku dan ketidakwarasan. Persissegelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpidari tidur.Apa kabar hari ini? Lihat tanda tanya itu,jurang antara kebodohan dan keinginankumemilikimu sekali lagi.
No comments
Post a Comment